Semarang: Ancaman kepunahan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu menjadi topik utama Kongres Bahasa Jawa IV di Semarang, Jawa Tengah yang ditutup, Kamis (14/9). Kongres diikuti 600 peserta yangdatang dari dalam dan luar Pulau Jawa, termasuk sejumlah peserta dari luar negeri. Mereka adalah pendidik, akademisi, sastrawan Jawa dan unsur pemerintah.
Peserta kongres meyakini hingga kini ada sekitar 80 juta penutur bahasa Jawa di seluruh dunia. Tapi kekhawatiran akan kepunahan bahasa Jawa tetap menyembul. Kepunahan bahasa Jawa, menurut mereka, ditandai dengan hilangnya budaya Jawa yang mengagungkan unggah-ungguh atau sopan-santun.
Celakanya, kegiatan yang disebut Kongres Bahasa Jawa di Semarang, itu juga kurang memperhatikan aspek yang sedang diusung. Buktinya bahasa yang digunakan dalam kongres justru bahasa Indonesia. Ujungnya sejumlah peserta dari Suriname yang beretnis Jawa tidak bisa menguasai pemaparan makalah.
Meski ada lubang di sana-sini, para peserta kongres tetap merekomendasikan pelestarian bahasa, sastra, dan budaya Jawa. Bahkan Pemerintah Provinsi Jateng, Jawa Timur, dan Yogyakarta sepakat berencana membuat peraturan daerah tentang bahasa Jawa untuk melindungi bahasa Jawa dari kepunahan. Sementara penutupan kongres diramaikan dengan lagu berbahasa Jawa, Mijil Suriname yang dilantunkan peserta dari Suriname, Tatap Prawirodinomo
Label: Anda Harus Tau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar