Belajar bukanlah hanya sekedar membaca, menghafal dan mengikuti tes dalam suatu ujian tertentu untuk membuktikan bahwa anak didik sudah menguasai materi pendidikan. Apalagi materi pendidikan tersebut adalah bidang ilmu fisika.
Pertanyaannya adalahapakah ilmu fisika itu? Bagaimana suatu definisi dalam ilmu fisika dibuat? Apakah definisi berawal dari mencoba-coba ataukah dari melihat proses dan akibat yang dihasilkan dari alam?
Berawal dari memperhatikan suatu kejadian alam maka para pemikir (filosof) terkemuka seperti Galileo mengemukakan pertanyaan “mengapa sesuatu itu terjadi?” dan bersamaan dengan itu timbullah hipotesa (dugaan).
Hipotesa harus dijawab dengan pembuktian yang benar sehingga lahirlah definisi yang sering kita temukan dalam bidang ilmu fisika. Pembuktian tersebut dapat dilakukan dengan melakukan eksperimen dan percobaan-percobaan.
Apakah pendidikan di Indonesia ini telah melakukan proses belajar dan mengajar yang benar. Apakah para anak didik mengerti akan sejarah para pemikir (filosof) tersebut? Apakah para anak didik sudah melakukan eksperimen untuk membuktikan definisi yang sudah baku?
Sudah benar kurikulum yang dibuat oleh pemerintah untuk pendidikan tingkat dasar, menengah dan atas yang mengandung muatan : konsep, proses dan akibat. Konsep yang terdiri dari definisi yang sudah baku. Proses yang didukung oleh pengukuran dan akibat yang dihasilkan oleh definisi tersebut.
Tetapi pertanyaannya adalah: mengapa pendidikan di Indonesia masih dianggap ketinggalan dibandingkan dengan negara tetangga kita? Apakah yang membuat kita tertinggal dalam hal pendidikan?
Jika kita jujur dalam bersikap maka tidak perlu kita membahas pendidikan yang sudah diterapkan oleh pemerintah tetapi dampak yang terjadi pada masyarakat sekarang ini yang lebih konsumtif dengan produk-produk baru.
Teknologi yang diterapkan dalam produk baru tersebut sebenarnya tidak lepas dari konsep-konsep dasar dalam semua bidang ilmu pengetahuan. Variasi, kombinasi dan inovasi konsep dasar tersebutlah yang akan melahirkan teknologi suatu produk yang berkembang sangat pesat saat ini seperti Handphone, Computer, Controler dan lain-lain.
Untuk itu sangatlah perlu diterapkan sistem belajar dan mengajar yang lebih mengacu pada definisi yang tidak perlu dihafal melainkan dimengerti melalui percobaan-percobaan. Karena definisi atau konsep bukanlah untuk dihafalkan tapi diuji kebenarannya melalui akibat yang dihasilkan oleh definisi tersebut.
Itulah sebenarnya tugas pendidikan untuk anak didik kita dan harus ditanggapi oleh pemerintah dengan serius.
Kendala yang dapat dirasakan untuk sementara ini adalah alat pendukung dalam sistem belajar mengajar seperti alat peraga pendidikan. Sementara didalam disiplin ilmu fisika dituntut banyak sekali percobaan dan eksperimen untuk pembuktian suatu konsep atau rumusan tertentu.
Yang paling susah untuk melakukan eksperimen dalam ilmu fisika adalah dibidang listrik, elektromagnet dan elektronika. Karena definisi-definisi hanya dapat dilihat dan dirasakan dari akibat yang dihasilkan.
Sementara produk baru yang berkembang sangat pesat saat ini banyak berbasiskan listik, magnet dan elektronika. Hampir seluruh peralatan yang beredar didunia ini tidak terlepas dari tekhnologi tersebut.
Mencermati hal tersebut maka sangat penting untuk secepatnya menyikapi kebutuhan akan hal itu. Untuk mengimbangi kemajuan teknologi listrik, magnet dan elektronika maka harus dimulai dari dunia pendidikan formal, yaitu sekolah tingkat dasar, menengah dan atas.
Sekolah-sekolah sangat diharapkan memberi motifasi kepada anak didiknya supaya kelak apabila harus bekerja akan sangat mudah mendapatkan pekerjaan atau bahkan lebih baik lagi bisa membuka usaha sendiri sebagai pengusaha mandiri.
Alat pendukung adalah alat peraga dengan menggunakan sistem listrik, magnet dan elektronika. Alat peraga haruslah sangat mudah, fleksible dan praktis untuk digunakan serta menyenangkan, merangsang rasa ingin tahu dan mencoba.
Penjabaran analisa kelistrikan dan kemagnetan lebih cepat dan detail sehingga memberikan pengetahuan yang lebih mendalam, cara kerja dan aplikasi tentang kelistrikan dan kemagnetan.
Alat peraga juga harus disesuaikan untuk memenuhi keperluan kurikulum bagi siswa/siswi pada tingkat dasar, menengah dan atas, sehingga murid-murid akan lebih mengenal, baik dalam bentuk konsep, proses maupun akibat.
Semua harus dapat dipraktekkan dengan sangat mudah dan menarik dengan dukungan bermacam-macam percobaan, pertanyaan dan kreatifitas lainnya.
Tentang Penulis: A. Hakim Pane
A. Hakim Pane Dibesarkan di timur tengah dan menimba sekolah tinggi dengan gelar Dipl. -Ing di jerman, TU Berlin. Bergerak dibidang riset dan untuk sementara fokus dibidang pendidikan dan Otomotif, Controller, Software dan produk terapan. Pernah kerja di Forrostall dan Siemens Kable Optik (SKO). Membuat penghemat bahan bakar di kendaraan dengan memakai sistem dual fuel Injection. Sudah dites dan sering diliput pada media cetak seperti mobil motor dan lain-lain. Sekarang bergerak pada produk pro rakyat.
Label: PENDIDIKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar