Selain gencar melakukan kampanye untuk memperingati World Silent Day atau WSD, keempat lembaga swadaya masyarakat ini juga memiliki mimpi agar WSD dapat diperingati oleh seluruh masyarakat dunia.
Keempat LSM itu adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH), Wisnu, dan Bali Organic Association (BOA). Keempatnya bernaung di bawah Bali Triple-C, yaitu Collaboratorium for Climate Change.
Hari Hening Sedunia itu diperingati setiap 21 Maret.
Meski syaratnya sangat berat, yakni harus mengumpulkan 10 juta tanda tangan agar WSD disahkan PBB sebagai hari internasional, semangat aktivis lingkungan ini tidak pernah surut.
”Selama tiga tahun ini baru sekitar 5.000 tanda tangan yang terkumpul, target kami tahun ini 10.000 tanda tangan lagi,” ujar Herni Frilia Hastuti, sukarelawan WSD dari PPLH.
”Meski sulit, tapi lebih baik berbuat daripada tidak sama sekali,” kata Herni optimistis.
WSD bukan suatu paksaan, tapi ajakan kepada masyarakat dunia untuk mengurangi dampak buruknya pemanasan global dan mengurangi efek gas rumah kaca.
Untuk memenuhi target tersebut, para aktivis lingkungan kini semakin rajin turun ke jalan meminta dukungan warga dan wisatawan di Bali dengan cara membubuhkan tanda tangan yang nantinya akan dikirim ke PBB.
Salah satunya dilakukan di kawasan wisata Kuta, Sabtu (6/3) sore hingga petang tadi. Cristo, wisatawan asal Jakarta yang turut membubuhkan tanda tangan, mengatakan tertarik dengan konsep WSD.
”Konsepnya menarik dan ini dapat mengurangi dampak perubahan iklim, khususnya mengurangi karbon dioksida di bumi,” ujarnya.
WSD pertama kali digagas saat konferensi global warming, UNFCCC, di Bali tahun 2007 oleh gabungan LSM di Bali. Dipilihnya 21 Maret sebagai WSD karena pada tanggal tersebut matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa atau hari dimulainya bumi.
Sumber - Kompas
Label: Anda Harus Tau
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar